Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Mei 2009

Jiwa yang Bijak



Segala persoalan hidup seakan diurai satu-satu dalam kejadian manusia. Hingga hal-hal yang kita sukai maupun hal-hal yang tidak kita sukai berlalu dalam hidup kita. Tentunya penyikap jiwa dalam mengatasi persoalan tersebut yaitu dengan jiwa yang bijak serta mendesak teori-teori keikhlasan dan tawakal untuk diaplikasikan secara nyata dalam keseharian..

Tanpa disadari kadang kita menyikapi hal-hal yang datang dan apabila hal tersebut tidak kita sukai akan terlintas tabiat untuk membandingkan dengan yang lain, karna kita selalu mengkomparasikan hal-hal yang dimana itu menjadi pilihan. Namun sifat membandingkan ini akan menjadi hal buruk ketika penyikapan hal tersebut salah dilakukan. Membandingkan ibarat dua sisi mata uang. Ia baik manakala bersemayam dalam dada orang beriman. Ia akan melecut diri menjadi lebih baik dari hari ke hari, lebih aktif, produktif, juga semakin tawadhu dengan limpah karunia. Jauh diri dari meremehkan hal-hal kecil untuk kesalahan maupun kebaikan, karena semua akan mempunyai balasan. Ia akan menjadi pribadi yang pandai menghargai, karena pada hakikatnya Allah menciptakan tiap diri dengan kekhasan yang unik dan menarik. Intinya dengan sering membandingkan makin tumbuh kesadarannya akan ketidaksempurnaan diri, sehingga bibit arogansi tak akan sempat mengotori.
Tapi tabiat membandingkan bisa menjadi racun, jika ia menemukan lahan subur di jiwa orang-orang yang susah untuk bersyukur. Membandingkan menemukan karibnya yang bernama hasad, iri, dan dengki. Sebagaimana iblis yang enggan sujud kepada adam. Ia membawa penyakit yang tidak saja merugikan orang yang didengki, tapi juga membinasakan diri sendiri. Na’udzubillah.
Seumur dengan usia keberadaan manusia ketika iblis merasa lebih baik dari adam, ketika qobil merasa lebih mempunyai hak dari habil. Berlanjut hingga kelak bumi ini menutup bentang kasih diatasnya, karakter ini akan terus ada.
Membandingkan jenis kedua ini, yang menjadikan orang hidup laksana mayat berjalan. Ia lesu oleh prasangka, ia kalah sebelum bertanding, lemah sebelum bertanding, lemah sebelum potensi dan kekuatan menyumbangkan kontribusi. Sungguh dialah orang yang merugi. Disini sebaik-baik hikmah yang bisa diambil adalah sebagaimana sabda Rosulullah SAW, “Sungguh menakjubkan kaum muslimin. Jika ia diberi nikmat ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa musibah/masalah/ujian ia barsabar, dan itu baik baginya”. Tak ada yang salah dalam penciptaanNya yang berbeda-beda”.
Kini, yang harus diluruskan adalah cara pandang dan kemampuan penerimaan. Seperti kata Ibnul Qoyyim rahimahullah, “Letak kebahagiaan manusia adalah pada semangatnya untuk meraih perkara yang bermanfaat bagi dirinya, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya.
Maka tuntutnya jelas, jiwa yang selalu mau belajar, agar muncul nilai-nilai kebaikan yang bermanfaat minimal untuk diri sendiri. Menjadi bijak itu pekerjaan seumur hidup. Maka wajib kiranya sifat sabar, syukur, qana’ah, dan husnudzon, agar tabiat membandingkan mendapat keadilannya dalam jiwa manusia, yaitu ditempatkan pada situasi dan kondisi yang tepat dan benar. Wallahu Al’alam.



Continue reading...

Kamis, 07 Mei 2009

Hatimu Adalah lautan Terluas


Tema ini merupakan kajian yang saya dengar pada acara training motivation with Mario teguh. Bila kita kaji hati merupakan tempat berlandasnya segala perasaan, hasil olah fakir atas kejadian-kejadian yang pernah kita alami dalam hidup ini. Tentunya setiap manusia menginginkan hati yang selalu bersih atas segala prasangka buruk dalam menjalankan hidup, sehingga dengan begitu pastilah akan berwujud hati yang damai seluas lautan. Namun fitrahnya manusia akan segala cobaan, dan ujian tuk mengarungi hidup ini dengan selalu menjaga hatinya tentulah sangat sulit. Karna tidak disadari lingkungan baik keluarga, sahabat, sangat mempengaruhi konsistensi keteguhan hati dalam mewujudkan hati yang nan damai.

Manusia diciptakan dengan segala kelebihannya yaitu berupa otak yang dapat berfikir, serta alat indera yang dapat menerima stimulus dari segala sesuatu yang datang pada diri kita. Maka pada hakekatnya manusia bisa menjadi pribadi yang lebih bersih pabila ia mengikuti hati naluri yangsesuai dengan hakikat atas penciptaanNya. Namun disisi lain manusia diberikan nafsu sebagai tolak ukur untuk mewujudkan hasrat atau keinginan tersebut. Sehingga kita sadari banyak manusia yang lebih mengikuti hawa nafsu ketimbang fitrah yang ada pada dirinya.

Ada banyak cara dari setiap manusia untuk menjaga harapan-harapan tersebut. Diantaranya banyaklah diri untuk selalu berdzikir dan always think positive.

Continue reading...
 

BaHaGia SaaT SaKiT Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
Cake Illustration Copyrighted to Clarice