Sabtu, 23 Januari 2010

Persepsi tentang tumor tulang sering salah kaprah



Persepsi masyarakat tentang tumor tulang seringkali salah kaprah. Salah satu hal yang paling banyak dijumpai di kalangan masyarakat adalah, adanya anggapan bahwa trauma atau benturan pada tulang bisa menyebabkan tumor tulang. Karena itu, edukasi kepada masyarakat tentang deteksi dini penyakit itu perlu ditingkatkan.

Demikian disampaikan dokter spesialis bedah ortopedi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dr Achmad Basuki, dalam seminar awam bertema Tumor Tulang , di ruang serba guna RS Kanker Dharmais, di Jakarta Selasa (9/6).

Sebagian masyarakat menganggap trauma atau benturan bisa menyebabkan tumor tulang. Padahal sebenarnya trauma itu tidak ada kaitannya dengan tumor ganas itu. "Yang kemungkinan terjadi adalah, sebenarnya penderita memang telah memiliki bakat menderita kanker tetapi baru mulai memperhatikan bagian tulangnya setelah mengalami trauma," kata Achmad Basuki menambahkan.

Selain itu, banyak penderita mendiamkan penyakitnya saat menderita gejala klinis tumor ganas itu antara lain rasa sakit, bengkak dan muncul benjolan pada tulang. Bahkan, banyak di antara mereka yang malah memijat benjolan itu atau penanganan non medis lain. "Baru setelah kondisi benjolan bertambah parah atau stadium lanjut, penderita berobat ke dokter," ujarnya.

Menurut Achmad Basuki, tumor tulang merupakan tumor ganas yang sering terdeteksi terlambat sehingga mengakibatkan diagnosis dan pengobatan yang tidak optimal. Padahal penanganan radikal, misalnya mengamputasi bagian tulang yang diserang kanker, bisa dihindari bila tumor tulang diketahui sejak dini. Kemoterapi menjadi pengobatan pendukung, kata dia.

Sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker tulang. Namun ada sejumlah penelitian yang mengarah pada faktor genetika sebagai salah satu pemicunya. Faktor risiko lain adalah, bila seseorang pernah menderita tumor jinak. Pada tumor tulang primer, biasanya pengobatannya dilakukan untuk menyelamatkan jiwa penderitanya.

Kanker tulang juga bisa merupakan penyebaran dari sel-sel kanker di luar tulang atau disebut sebagai tumor tulang sekunder. Ini biasanya terjadi bila seseor ang telah menderita suatu jenis kanker pada stadium lanjut. "Karena itu, pengobatannya biasanya lebih mengarah pada bagaimana meningkatkan kualitas hidup penderita atau bersifat paliatif," kata Achmad Basuki.

Terkait dengan pola makan yang perlu diterapkan penderita tumor tulang, sejauh ini tidak ada jenis makanan tertentu yang harus dikonsumsi atau dihindari. Yang jelas, menu makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang. "Bagaimanapun, penderita tumor ganas memerlukan makanan yang bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein dan zat gizi lain untuk meningkatkan kekebalan tubuh," ujarnya

Sumber, Kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

BaHaGia SaaT SaKiT Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
Cake Illustration Copyrighted to Clarice